Skip to main content

Posts

Ketika Menjadi Aktivis Adalah Hobi

Tulisan ini pernah dipublikasikan di Pro Aktif Online Hobi seperti apakah yang cocok untuk para aktivis? Pertanyaan ini muncul ketika saya diminta menulis soal hobi untuk para aktivis untuk laman ini. Saya kira, siapa pun, dari latar belakang apapun, baik aktivis maupun bukan, bisa bebas memilih hobi untuk dijalaninya. Karena hobi adalah pilihan bebas. Ia menjadi aktivitas yang dikerjakan dengan senang hati di waktu luang. Apapun bentuk kegiatannya, selama aktivitas itu bisa memberikan kesenangan bisa disebut hobi.  Sebelum membicarakan bagaimanakah hobi untuk para aktivis ini, saya akan terlebih dahulu membicarakan soal hobi, terutama yang hobi yang merupakan keterampilan tangan. Selain memberikan kesenangan, aktivitas ini bisa melatih kemampuan motorik dan keahlian dalam membuat sesuatu. Misalnya saja menjahit, merajut, automotif, pertukangan, apapun kegiatan yang membutuhkan keterampilan tangan.  Banyak orang merasa, aktivitas ini terlalu merepotkan untuk dilakukan, membuang

Menjadi Penjilid dan Perjalanan Menemukan Fokus

Playing The Building, foto vitarlenology 2008 Suatu hari, ketika berkunjung untuk pertama kalinya ke markas besar Etsy, di Brooklyn, NYC, tahun 2008, Vanessa Bertonzi yang saat itu bekerja sebagai humasnya Etsy, bertanya padaku "Setelah pulang dari Amerika, apa yang akan kamu lakukan?" Saat itu spontan aku menjawab, "Aku mau jadi desainer stationery." Padahal, aku belum sekalipun punya pengalaman ikut kelas menjilid buku atau hal-hal yang sifatnya mengasah keterampilanku menjilid buku.  Jawabanku lebih didasarkan pada kesukaanku akan stationery terutama sekali notebook dan alat-alat tulis. Desain Stationery seperti apa yang ingin aku buat, itupun masih kabur. Namun rupanya, jawabanku itu seperti mantra untuk diriku sendiri dan patok yang ditancapkan, bahwa perjalanan fokusku dimulai dari situ. Menemukan kelas book binding di Etsy Lab pada saat itu, seperti terminal awal yang akhirnya membawaku menelusuri ‘book binding’ sebagai fokus yang ingin aku dalami. Pert

Perjumpaan Cara Pandang Berbeda Dalam 'Kultur Membuat'

Jika dirunut lebih jauh kultur membuat ini, sesungguhnya tidak pernah bisa dilepaskan dari kehidupan   keseharian sejak dahulu kala. Semua pengetahuan tradisional (di barat dan di timur) dengan teknonologi sederhana, aplikatif dan kebijaksanaan terhadap lingkungan sekitarnya, menciptakan gaya hidup yang seimbang lahir, batin juga dengan lingkungan sekitarnya. Masyarakat tradisional memiliki pengetahuan dan cara untuk menemukan keadilan hidup yang selaras dengan lingkungan. ‘Membuat’ bukan semata-mata memenuhi tuntutan seseorang untuk menjadi ‘produktif’, namun lebih jauh dari itu, ‘membuat’ membangun ideologi dan pemenuhan diri secara spiritual dimana ‘membuat’ memberi perasaan berdaya kepada setiap individu yang melakukannya. Membuat juga menciptakan pemahaman akan proses yang membutuhkan waktu, tolerasi atas kegagalan, juga kesadaran bahwa sesuatu itu tidak bisa diperoleh dengan cara instan. Sikap seperti ini yang menumbukan kemampuan untuk menjaga diri dari keserakahan. Namun p

Craftivism: The Art of Craft and Activism

Bahagia sekaligus bangga, bisa terpilih untuk memberikan kontribusi tulisan pada buku tentang craftivism ini. Sementara aku pasang review dan endorsment terlebih dahulu. Untuk resensinya akan aku publikasikan dalam terbitan yang berbeda.  ------ Editor Betsy Greer Arsenal Pupl Press Craftivism is a worldwide movement that operates at the intersection of craft and activism; Craftivism the book is full of inspiration for crafters who want to create works that add to the greater good. In these essays, interviews, and images, craftivists from four continents reveal how they are changing the world with their art. Through examples that range from community embroidery projects, stitching in prisons, revolutionary ceramics, AIDS activism, yarn bombing, and crafts that facilitate personal growth, Craftivism provides imaginative examples of how crafters can be creative and altruistic at the same time. Artists profiled in the book are from the US, Canada, the UK, Au

Harga Jargon Kota Kreatif

Tulisan ini dipublikasikan di halaman Teropong Pikiran Rakyat, 7 April 2014. Tulisan yang dipublikasikan di blog ini adalah versi sebelum di edit oleh redaksi.  " Warga Indonesia yang suka, desain, musik, arsitektur, film, ke Bandung aja, nanti kantornya, sewanya saya murahin, pajaknya saya kurangin, PBBnya saya kurangi, yang penting datang ke Bandung anak-anak muda yang gaul, yang produktif,   karena Bandung ini 2,6 juta, 60%nya di bawah 40 tahun, cuacanya nyaman, jadi berbisnis yang ekonomi kreatif itu   cocok," begitulah 'Jualan' walikota Bandung, Ridwan Kamil di sebuah acara talkshow televisi nasional, baru-baru ini (12/3/2014). Tahun 2007, British Council menobatkan Bandung sebagai salah satu kota kreatif di Asia. Sejak saat itu jargon Bandung Kota Kreatif menjadi identitas Bandung yang baru. Usaha-usaha yang dirintis komunitas anak muda di pertengahan tahun 90-an, kemudian menjadi sektor andalan dari pengembangan industri dan ekonomi kreatif di Kota Ban

Ketika Mereka Memilih Tidak Ingin Tumbuh Tergesa-gesa

Tulisan ini dipublikasikan di halaman Teropong Pikiran Rakyat, 7 April 2014. Tulisan yang dipublikasikan di blog ini adalah versi sebelum di edit oleh redaksi. Pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung yang dibahas Arief Anshory Yusuf (Pikiran Rakyat,   Kota Bandung (Sebenarnya) Untuk Siapa? 8/1/2014), membawa konsekuensi semakin gencarnya tawaran modal investasi terhadap usaha-usaha yang bangun dengan pendekatan komunitas. Nilai tawar dari usaha ini kemudian yang menentukan, apakah tawaran modal investasi itu bisa dilihat sebagai peluang atau sekaligus ancaman. “Tawaran dari pihak yang ingin memberi modal itu ada, tapi coba saya tolak secara halus. Bukan ga butuh uang, tapi karena ada paham-paham yang sulit disambungkan antara saya dan yang punya uang. Jadi untuk sementara, ga dulu lah. Jadi kalaupun berkolaborasi atau bekerjasama dengan yang punya modal ya harus yang ngerti gimana roots kita, biar kerjasamanya enak. Tapi sebenernya kalau dari sisi modal, kita lebih berusaha bisa s

Dari Komunitas, Kembali Ke Komunitas

Tulisan ini dipublikasikan di halaman Teropong Pikiran Rakyat, 7 April 2014. Tulisan yang dipublikasikan di blog ini adalah versi sebelum di edit oleh redaksi.  Pergeseran situasi sosial, politik selama dua dekade terakhir ini, memberi dampak yang sangat besar pada usaha-usaha yang dibangun oleh komunitas. Jika di pertengahan dan akhir 90-an komunitas-komunitas ini membangun usahanya dengan semangat resistensi dan mencari alternatif terhadap sistem kekuasaan Orde Baru yang saat itu baru saja tumbang. Setelah era reformasi dimana situasi sosial, politik serta perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesatnya, membawa konsekuensi pada kemapanan baru dari kelompok-kelompok yang tadinya resisten dan alternatif. "Usaha-usahanya ini kan awalnya muncul dari komunitas musik, clothing-clothing ini juga muncul untuk mendukung komunitas musik. Tapi ketika akhirnya clothing-clothing ini berdiri sendiri, si komunitas musiknya sendiri di tinggalkan. Dan ketika usaha ini menga